Jumat, 02 April 2010

Sertifikasi Guru = Membelajarkan Guru untuk Pembelajaran Siswa

Recoveri Paradigma Guru
(Sebuah Refleksi)

Sertifikasi guru dalam jabatan profesi guru melalui portofolio memasuki tahun keempat dimulai tahun2007, 2008, 2009 dan kini 2010. Hasilnya sudah dirasakan oleh guru yang sudah lulus sertifikasi tahun 2007-2008.Sementara yang lulus tahun 2009 masih menunggu.
Apa yang dimaksud "hasil" di sini tentu bukan secara finansial saja. Walaupun kenyataannya guru yang sudah lulus sertifikasi menadapatkan gaji tambahan satu kali gaji pokok. Lebih dari itu, nilai tambah dari pelaksanaan sertifikasi guru harus dipahami sebagai upaya peningkatan kualitas guru dalam melaksanakan tugas di sekolah sebagai agen pembelajaran.
Yang menjadi persoalan, apa yang harus disikapi dan sekaligus dilakukan oleh guru pasca lulus sertifiakasi? Lalu apa konsekuensinya bagi lembaga pendidikan kalau sampai tahun 2014 nanti semua guru di Indonesia telah lulus sertifikasi keseluruhan?Itulah persoalan yang dijawab oleh komponen yang bergerak bidang "mencerdaskan bangsa" ini.

Workshop Guru
Diakui atau tidak sekarang ini banyak guru yang tertarik untuk mengadakan dan mengikuti pelatihan-pelatihan dengan berbagai tema pendidikan.Sebutlah workshop Penulisan PTK ( Penelitian Tindakan Kelas), Workshop pembuatan media pembelajaran, Workshop Penyusunan RPP, dan masih banyak topik worshop yang relevan dengan peningkatan pembelajaran siswa.
Kondisi seperti tersebut merupakan hal positif bagi dunia pendidikan. Sebab guru mendapatkan penyegaran kembali mengenai pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.Penyegaran ini perlu agar guru tidak statis dalam pembelajaran dengan menggunakana metode ceramah dan penugasan saja di kelasnya.Penggunaan metode yang monoton membuat peserta didik bosan terhadap mata pelajaran.
Dengan materi workshop PTK, guru diharapkan mau meneliti kegiatannya sendiri. Guru bisa membuat eksprerimen mana metode yang cocok untuk KD tertentu. Guru juga mengetahui kekurangan metode tertentu pada KD tertentu. Dari eji coba tersebut, guru memperoleh pengalaman praktis penggunaan metode untuk seluruhu KD sehingga dapat memilih metode sesuai karakteristik materi pelajaran.
Selain itu, guru sering melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang diklaksanakan, mengetahui hal-hal pendukung sealigus yang menhambat pembelajaran. Karakteristik siswa yang beragam dapat dipahami guru melalui umpan balik dari guru ke siswa begitu seabaliknya. Tanpa memaahami latar belakang siswa bagaimana bisa guru mengembangkan potensi siswa?
Sementara, penggunaan media pembelajaran semakin optimal dan variatif kalau guru mau mencari media di situs-situs seperti di Gardu Guru. Dengan mengenal berabagai media pembelajaran, guru tidak hanya terfokus pada pembelajaran dengan media "papan tulis". Toh masih banyak media lain, seperti, Cart, patung, gambar 2 dimensi, powerpoint, m, excel, frontpage. Pokoknya apa yang ada di alam,lingkungan sekitar,di haria, majalah, buku computer, situs-blog, dan situs-web dapat dijadikan sebagai media belajar. Tinggal bagaimana guru membuat "improvisasi" media tersebut untuk memperkaya pengetahuan siswa sesuai tahapan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dalam kegiatan inti pembelajaran

Akhirnya setelah guru memperkaya diri melalui workshop dan mengimplimentasikan ke sekolah masing-masing akan membawa implikasi. Apa itu? Sekolah harus mnyediakan sarana, prasarana, alat, media dan tenatyaua saja dana untuk mengembangkan media tersebut. Namun guru harus menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.Sebab ada sekolah yang mampu menyediakan sarana prasarana dan ada yang tidak. Untruk sekolah yang tidak mampu mnyediakan sarana prasana dan alat tertentu dalam pembelajaran, disinilah guru diuji kreativitasnya untu membuat media pembelajaran mandiri yang murah tapi efektif. (Sutrisno)